Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik

Ekologi merupakan  ilmu yang mempelajari organisme dalam lingkungan hidupnya serta  hubungan timbal balik antara organisme tersebut dengan lingkungan (Spurr et al., 1980). Makhluk hidup di bumi baik itu hewan, tumbuhan, serta manusia memerlukan lingkungan yang tepat untuk tempat tinggal. Tanaman dapat tumbuh dengan sehat dan kuat apabila berada pada lingkungan yang sesuai dengan habitat aslinya. Apabila tanaman berada pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat aslinya, maka tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna. Ada berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah faktor salinitas.
 
Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman (Fuskhah et al., 2014). Faktor yang mempengaruhi terjadinya keadaan salinitas antara lain :
  • -  bencana alam  (gempa, tsunami)
  • tingginya kadar garam pada perairan
  • -  faktor iklim yang menyebabkan akumulasi garam
  • -  aktivitas manusia (irigasi, akuakultur penggaraman untuk melelehkan salju dan es)
Jenis garam yang menyebabkan salinitas diantaranya garam khlorida, sulfat dan bikarbinat dari natrium, kalsium dan magnesium, masing-masing garam tersebut akan memberikan berbagai tingkat salinitas yang berbeda. Kadar garam berlebih  dapat merusak jaringan tanaman, menghambat perkecambahan benih, kualitas hasil.  Berdasarkan hasil penelitian, respon suatu tanaman terhadap salinitas tinggi menunjukkan daya adaptasi yang dimiliki tanaman tersebut (Adam et al., 1993).
 
Kadar garam yang terlalu tinggi didalam tanah dapat meracuni tanaman dan juga dapat menghambat perkecambahan benih, kualitas hasil, produksi dan merusak tanaman. Antara tanaman yang satu dengan yang lainnya memiliki tingkatan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas. Berdasarkan tingkat toleran tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tanaman halofit, glikofit, dan euhalofit. Tanaman yang tahan terhadap salinitas adalah tanaman halofit. Tanaman yang toleran terhadap salinitas adalah tanaman euhalofit. Sedangkan tanaman yang rentan terhadap salinitas adalah tanaman glikofit (Fuskhah et al., 2014).
 
Pada umumnya, lahan yang mengandung salinitas berada pada lahan–lahan marginal seperti lahan pasir pantai. menyebabkan terjadinya peningkatan salinitas air yang kemudian berpengaruh terhadap sistem pola tanam di daerah itu. Akumulasi garam dapat terjadi karena adanya pergerakan dan penguapan air dari muka air tanah sehingga garam tertinggal di tanah karena leaching yang rendah (Suwignyo et al., 2010). Cekaman salinitas dapat menyebabkan penyerapan hara dan pengambilan air terhalang sehingga mengakibatkan pertumbuhan abnormal dan penurunan hasil.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Spurr, Stephen, Burton. 1980. Forest Ecology. United state of america, Library of congress cataloging in publication data        .
Adam, Paul. 1993. Saltmarsh Ecology. Great Britain at the University Press, Cambridge.
Fuskhah, E., R. D. Soetrisno, S. Anwar, F. Kusmiyati. 2014, Uji asosiasi bakteri rhizobium terseleksi dengan leguminosa pakan dalam kondisi tercekam salin. Agripet 14(1):65-70.
Suwignyo, R.A., R. Hayati, Mardiyanto. 2010. Toleransi tanaman jagung terhadap salinitas dengan perlakuan stres awal rendah. Jurnal Agrivigor 10(1): 73-83.

0 komentar: