Dampak Hujan Asam Terhadap Perkecambahan Tanaman
Hujan asam di kawasan padat industri (www.sundaynews.co.zw) |
Hujan asam adalah dampak pertemuan
antara polutan SO2, SO3, NO2, dan HNO3
dengan butir-butir air. Semua unsur polutan tersebut merupakan hasil sampingan
dari proses pembakaran bensin maupun solar baik dari pabrik maupun kendaraan
(Cahyono, 2009). Sulfur atau belerang merupakan unsur yang terkandung dalam
bahan bakar minyak solar. Selama proses pembakaran, belerang ini berkombinasi
dengan oksigen dan mengubah bentuk menjadi SO2 & SO3.
Peningkatan
pendirian pabrik di wilayah industrial semakin meningkatkan volume keberadaan
polutan tersebut. Hujan asam terjadi akibat kedua gas tersebut saling bereaksi
di atmosfer dan membentuk asam. Sulfur dioxcide (SO2) bereaksi membentuk asam
sulfur, sedangkan nitrogen dioxcide (NO2) bereaksi membentuk asam nitrit
(Morris, 2004)
Proses terjadinya hujan asam dimulai dari proses
terbentuknya gas yang mengandung
sulfur/belerang. Gas yang mengandung Sulfur dioksida (SO2) bereaksi
dengan oksigen (O2) dengan bantuan sinar ultraviolet, kemudian
proses ini akan menghasilkan sulfur trioksida (SO3) yang akan
menyatu menjadi H2SO4 setelah bereaksi dengan air.
Partikel yang mengandung SO3 akan mengendap di udara dan akan
digerakkan oleh angin untuk membentuk tetesan halus dari satu tempat ke tempat
lain. Ketika semuanya sudah terkumpul pada suatu tempat, maka air yang asam
sulfat tadi akan jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk hujan asam.
Polusi ini menyebar melalui proses dispersi dan
disposisi, yang menyebabkan penurunan kualitas udara, kualitas air, kandungan
mineral serta hara dalam tanah. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan
bahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup yang lainnya, serta juga
merusak proses-proses industri, serta merusak sumber daya alam (Odum, 1971). Tanaman tidak akan mampu
hidup dalam kondisi tanah terlalu masam. Hanya beberapa jenis tanaman yang
bersifat toleran terhadap keasaaman tanah di antaranya nanas dan singkong
(Barchia, 2006).
Pada umumnya Ph tanah netral berkisar antara
6,5-7,5. Ph tanah netral merupakan ph yang mampu menciptakan kondisi akan
ketersediaan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Namun, ketika
terjadi hujan asam maka menyebabkan kondisi tanah memiliki kandungan sulfat
masam berlebih sehingga mampu mendorong pelapukan mineral-mineral silikat dalam
tanah (Barchia, 2006). Dampak negatif tersebut tidak hanya berdampak bagi
lingkungan, makhluk hidup yang mendiami juga akan merasakannya seperti
terkontaminasinya air sumur oleh gas NOX (N2O, NO2, N2O4) (Sutanto dan Iryani,
2011).
Menurut WHO (World Health
organization), selama beberapa tahun terakhir banyak bermunculan penyakit
akibat keracunan zat kimia yang digunakan untuk pertanian. Hal ini disebabkan
oleh pestisida yang disemprotkan ke tanaman akan masuk dan meresap ke dalam
sel-sel tumbuhan, termasuk ke bagian akar, batang, daun, dan buah (Marlina et al., 2012). Namun, selain pestisida
yang dapat menyebabkan keracunan pada tanaman, hujan asam juga dapat menurunkan
kadar pH tanah yang menyebabkan menurunnya unsur hara
makro tetapi terjadi penambahan ketersediaan unsur hara mikro yang melampaui
batas sehingga bersifat meracuni tanaman (Pinandari et al., 2011)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Barchia, Muhammad Faiz. 2006. Gambut : Agroekosistem dan Transformasi
Karbon. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Marlina, N., Saputro E.A., N. Amir. 2012. Respons tanaman padi (Oryza sativa L.) terhadap takaran
pupukorganik plus dan jenis pestisida organik dengan system of rice
intensification (sri) di lahan pasang surut. Jurnal Lahan
Suboptimal 1(2):138-148.
Morris,T. 2004. Acid Rain and Plant Growth.
Fullerton, Environmental Biology Laboratory
Odum,
E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3th Ed. W.B. Sanders Company, Philadelphia.
Pinandari, A.W., D.N. Fitriana, A.
Nugraha, E. Suhartono. 2011. Uji
efektifitas dan efisiensi filter biomassa menggunakan sabut kelapa (cocos
nucifera) sebagai bioremoval untuk menurunkan kadar logam (cd, fe, cu),
total padatan tersuspensi (tss) dan meningkatkan ph pada limbah air asam
tambang batubara. Prestasi 1(1):1-12.
Sutanto, Iryani. 2011. Hujan asam dan perubahan kadar nitra dan sulfat
dalam air sumur di wilayah industri Cibinong-Citeureup Bogor. Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah 14 : 34-45.
0 komentar: